Rabu, 26 Desember 2007

SUMBERDAYA TUNA DAN CAKALANG


Tuna dan cakalang merupakan anggota dari famili Scombridae. Ada beberapa jenis tuna exportable yang tertangkap dari perairan Indonesia (Gambar 1), diantaranya adalah madidihang atau yellowfin tuna (Thunnus albacares), tuna mata besar atau bigeye tuna (Thunnus obesus), albakora atau albacore (Thunnus alalunga) dan tuna sirip biru atau bluefin tuna (Thunnus maccoyi). Selain itu ada kelompok tuna exportable yang disebut sebagai little tuna, diantaranya adalah cakalang atau skipjack (Katsuwonus pelamis).

Tuna dan cakalang adalah ikan perenang cepat dan hidup bergerombol (schooling) sewaktu mencari makan. Kecepatan renang ikan dapat mencapai 50 km/jam. Kemampuan renang ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penyebarannya dapat meliputi skala ruang (wilayah geografis) yang cukup luas, termasuk diantaranya beberapa spesies yang dapat menyebar dan bermigrasi lintas samudera. Pengetahuan mengenai penyebaran tuna dan cakalang sangat penting artinya bagi usaha penangkapannya.

Jenis tuna dan cakalang menyebar luas di seluruh perairan tropis dan subtropis. Penyebaran jenis-jenis tuna dan cakalang tidak dipengaruhi oleh perbedaan garis bujur (longitude) tetapi dipengaruhi oleh perbedaan garis lintang (latitude) (Nakamura, 1969). Di Samudera Hindia dan Samudera Atlantik menyebar di antara 40ºLU dan 40ºLS (Collete dan Nauen, 1983). Khususnya di Indonesia (Uktolseja et al., 1991), tuna hampir didapatkan menyebar di seluruh perairan di Indonesia. Di Indonesia bagian barat meliputi Samudera Hindia, sepanjang pantai utara dan timur Aceh, pantai barat Sumatera, selatan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Di Perairan Indonesia bagian timur meliputi Laut Banda Flores, Halmahera, Maluku, Sulawesi, perairan Pasifik di sebelah utara Irian Jaya dan Selat Makasar.

Distribusi ikan tuna dan cakalang di laut sangat ditentukan oleh berbagai faktor, baik faktor internal dari ikan itu sendiri maupun faktor eksternal dari lingkungan. Faktor internal meliputi jenis (genetis), umur dan ukuran, serta tingkah laku (behaviour). Perbedaan genetis ini menyebabkan perbedaan dalam morfologi, respon fisiologis dan daya adaptasi terhadap lingkungan. Faktor eksternal merupakan faktor lingkungan, diantara adalah parameter oseanografis seperti suhu, salinitas, densitas dan kedalaman lapisan thermoklin, arus dan sirkulasi massa air, oksigen dan kelimpahan makanan.

Kedalaman renang tuna dan cakalang bervariasi tergantung jenisnya. Umumnya tuna dan cakalang dapat tertangkap di kedalaman 0-400 meter. Salinitas perairan yang disukai berkisar 32-35 ppt atau di perairan oseanik. Suhu perairan berkisar 17-31 oC.

Kamis, 20 Desember 2007

skipjack

Cakalang
Nama Indonesia Cakalang
Nama Internasional Skipjack tuna
Nama Latin Katsuwonus pelamis (Linnaeus, 1758)
Nama Lokal Cakalang (PPS Kendari), Ambu-Ambu (PPS Bungus), Turingan (PPP Labuhan Lombok), Kausa (PPI Paotere), Cakalang (PPN Ambon), Cakalang (PPS Cilacap), Cakalang (PPN Bitung), Cakalang (PPN Prigi), Cakalang Fufu (PPN Palabuhan Ratu), Tongkol (PPS Belawan), Cakalang (PPN Sibolga), cakalang (PPN Ternate), . (PPN Brondong), Cakalang (PPS Nizam Zachman Jakarta)
Daerah Sebar Perairan Timur Laut Sumatra Utara sampai Selatan Jawa, Nusa Tenggara dan di seluruh perairan laut dalam Indonesia bagian timur (Laut Banda, Laut Sulawesi, Laut Maluku), serta Samudra Pasifik bagian barat
Deskripsi Ordo Percomorphi, Sub ordo Scombroidea, Famili Scombridae, Genus Thunnus. Bentuk tubuh seperti torpedo yang memanjang, memiliki rostrum, dua sirip punggung; sirip depan biasanya pendek dan terpisah dari sirip belakang; pectoral tinggi; ekor berlekuk sangat dalam. Paling sedikit memiliki dua keel kecil disetiap sisi batang ekor, satu keel lebih besar. Garis linea lateralis sederhana. Tubuh ditutupi oleh sirip halus. Duri dari sirip punggung belakang dan sirip anal lebih panjang dibandingkan spesies lain. Permukaan sisi dan perutnya dipenuhi oleh sekitar 20 garis vertikal atau bercak-bercak. Sirip anal dan ujung-ujung sirip kecil (finlet) berwarna kuning cerah. Memiliki 26-34 giil raker pada insang pertama. Termasuk ikan buas, karnivor, predator. Hidup bergerombol kecil, tertangkap biasanya bersama-sama cakalang. Warna bagian atas gelap keabu-abuan, kuning perak bagian bawah. Sirip-sirip punggung , perut, sirip tambahan kuning cerah berpinggiran warna gelap. Pada perut terdapat kl. 20 garis putus-putus warna putih pucat melintang. Ukuran :Dapat mencapai 195 cm, umumnya 50-150 cm dan beratnya 0.8-111 kg

MUSIM PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR

Wilayah Pengelolan Perikanan di Kawasan Timur Indonesia

Di kawasan timur Indonesia, puncak musim penangkapan ikan cakalang pada umumnya berkisar pada musim peralihan I (April, Mei, dan Juni) hingga awal musim timur. Di Maumere (NTT), puncak musim terjadi pada Februari dan November, yaitu akhir musim barat dan akhir musim peralihan II.

Kisaran bulan-bulan musim penangkapan ikan tuna dan cakalang dengan menggunakan alat tangkap rawai tuna sebagai berikut :

      • Perairan Selat Makassar bagian selatan (Maret-Juli)
      • Laut Flores (September-Maret)
      • Laut Banda (September- Maret)
      • Perairan Aru (September-Maret)
      • Laut Arafura (Agustus-Mei)
      • Laut Seram (Agustus-Maret)
      • Laut Maluku (Agustus-Maret)
      • Teluk Tomini (Oktober-April)

Perairan Laut Banda yang kedalamannya mencapai 10.000 m merupakan salah satu daerah penangkapan ikan tuna (terutama ikan tuna mata besar) di kawasan timur Indonesia. Musim penangkapan di perairan Laut Banda mencapai puncaknya pada bulan November.

Wilayah Pengelolaan Perikanan di Kawasan Barat Indonesia

Penyebaran ikan-ikan tuna di kawasan barat Indonesia terutama terdapat di Samudera Hindia. Di perairan ini terjadi percampuran antara perikana tuna lapisan dalam yang dieksploitasi dengan alat rawai tuna dengan perikana tuna permukaan yang dieksploitasi menggunakan alat tangkap pukat cincin, gillnet, tonda, dan payang.

Pemanfaatan sumberdaya ikan tuna secara umum dilakukan dengan menggunakan alat tangkap pancing tonda. Jenis ikan yang banyak tertangkap di wilayah ini adalah cakalang dan madidihang. Hasil analisis data produksi menyebutkan bahwa titik tertinggi terjadi pada bulan Oktober. Ini berarti, puncak musim penangkapan ikan pelagis besar dengan menggunakan alat tangkap tonda di perairan barat Sumatera terjadi pada bulan Oktober.

Di Bengkulu, jenis ikan tongkol dan tengiri cukup mendominasi produksi perikanan setempat. Musim penangkapan ikan tongkol di wilayah Bengkulu berlangsung antara bulan September sampai Januari dan puncaknya terjadi pada bulan November.

Data dan informasi musim penangkapan sumberdaya ikan pelagis besar untuk perairan Samudera Hindia di wilayah selatan Jawa dan Nusa Tenggara diperoleh dari basis penangkapan Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu (Jawa Barat), Pelabuhan Perikanan Nusantara Cilacap (Jawa Tengah), dan Pelabuhan Benoa (Bali).

Ikan pelagis besar yang tertangkap di Pelabuhanratu didominasi oleh ikan cakalang dan tongkol yang banyak tertangkap oleh alat tangkap jaring insang hanyut. Berdasarkan data yang diperoleh, diduga bahwa musim penangkapan ikan cakalang dan tongkol di wilayah perairan selatan Jawa berlangsung antara Juni sampai Oktober dan puncaknya terjadi pada Agustus-September.

Di Bali, alat tangkap utama yang digunakan untuk menangkap ikan pelagis besar yang berpangkalan di Benoa adalah rawai tuna. Namun, masih ada alat lain yang digunakan dalam pemanfataan sumberdaya ikan pelagis besar yaitu pancing tonda yang dioperasikan dengan perahu jukung dan diberi motor tempel dengan kekuatan 12 PK.

Ikan tuna sirip biru adalah jenis ikan tuna yang punya nilai paling tinggi. Perairan Samudera Hindia di sebelah selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara merupakan daerah pemijahan dari jenis tuna ini. Ikan biasanya bermigrasi ke perairan selatan Jawa dan Bali, dan umumnya nelayan menangkap ketika berada dalam kondisi memijah pada November dan Januari. Tingginya nilai tuna sirip biru menyebabkan ikan ini menjadi target penangkapan terutama oleh armada Jepang, Taiwan, Korea, Selandia Baru,dan Australia.